Alhmadulillah Subhanallah Pendakian ke-2. 07 Februari 2015
Aku simpan sejenak pulpenku, aku simpan sejenak bukuku, aku matikan sejenak laptopku, aku kurangi sedikit keraguanku dan aku tambah sedikit keberanianku. Aku ingin keluar sejenak dari rutinitas dan aku ingin keluar sejenak dari kamar kosku. Otak juga butuh refresing. Mumpung masih ada di Jogja, mumpung ada yang ajak (Niar). Terima kasih Niar.
Pendakianku kali ini sungguh beragam. Tim kami terdiri dari 15 orang (10 cowok dan 5 cewek) dengan 8 motor. Anggota tim kami berasal dari Bangka, Jogja, Bantul dan Makassar. Jadi dalam percapakan kami kadang bercampur aduk dengan logat daerah masing-masing, logat melayu, jawa dan sulawesi. Yapp, saya menikmati percapakan yang sesekali membuatku bingung. Yapp, tapi tak masalah, sekalian aku belajar bahasa daerah lain.
Kami berangkat dari Jogja Pukul 00.00, dalam perjalanan, kami selalu saling memperhatikan kawan di depan dan dibelakang untuk mencegah apabila ada kendaraan yang bermasalah. Ini memang perlu dilakukan dengan pertimbangan kondisi jalan yang gelap penurunan dan pendakian, yang ditambah dengan belokan tajam yang kiri dan kanan adalah jurang, ditambah lagi dengan suhu yang dingin yang berkali-kali membuat badanku menggigil. Sesekali ku dengar teman yang aku bonceng mengaji dengan suara pelan. Memang harus hati-hati dan konsentrasi, dalam benakku selalu berkata, biar pelan asal selamat dan Alhmadulillah sekitar dua jam perjalanan kami tiba di rest area dan kami disambut dengan udara dingin. Setelah kuparkir motor kemudian kami melakukan registrasi.
Di rest area, beberapa anggota tim mencari kehangatan, ada yang masuk dalam rumah dan memesan minuman hangat, ada yang mencari api unggun dan aku sendiri melakukan gerakan lompat-lompat agar suhu tubuhku meningkat. Setelah lelah lompat-lompat dan merasa suhu tubuh cukup, aku mengeluarkan kamera kecilku kemudian aku mendekati kawan-kawan yang lagi asik cerita-cerita dan aku mulai mengambil gambar. Kemudian setelah satu jam istirahat dan menyiapkan perlengkapan seperti senter, sarung tangan, kos kaki dan tenda. Pukul 03.15 kami berkumpul dan berdoa bersama agar dimudahkan dalam perjalanan.
Pukul 03.17 kami mulai berjalan. Dalam Perjalanan, kami selalu diramaikan dengan candaan, tawa dan tentu candaannya dengan logat melayu dan Jawa sebagai penghias pendakian, hehehe betul-betul unik. Sekitar ¼ perjananan suasana tim kami mulai sunyi, beberapa anggota tim mulai lelah. Jalan yang gelap, licin dan tanjakan memaksa kami untuk istirahat. Dalam istirahat kami, kami membagi tiim menjadi dua kelompok, kelompok pertama melanjutkan perjalanan sementara kelompok lain menunggu teman yang lagi istirahat. Setelah merasa cukup istirahat kami melanjutkan perjalanan, kadang terdengar suara teriakan mirip burung (piiuuuuu…), itu artinya teman kelompok lain menanyakan keadaan kelompok kami, dan salah satu anggota kelompok kami menjawabnya dengan terikan (AMAAANNN….). Dalam pendakian Gunung tim harus kompak dan saling menjaga. Kami melanjutkan perjalanan, rasa dingin tidak begitu aku rasakan karena tubuh terus bergerak mendaki. Sesekali kami bertemu tim pendaki lain dan kami saling menyapa, memberi dan diberi semangat. Mungkin ini adalah etika wajib bagi para pendaki, para pendaki harus saling menegur sapa dan menebar salam antar sesama pendaki gunung. Setelah hampir dua jam berjalan, akhirnya kami tiba juga di puncak, suasana puncak masih gelab, ramai akan tenda-tenda dari pendaki lain dan angin puncak rasanya lebih kencang dari angin saat kami di perjalanan. Dalam perjalanan menuju puncak aku tidak mengambil gambar, karena cahaya kamera kecilku menangkap gambar embun yang menghalangi pemandangan.
Di Puncak, kami lansung menbangun tenda, tenda dibangun untuk melawan angin dingin di puncak. Setelah selesai membangun tenda, saya memutuskan untuk terus bergerak untuk mendapat kehangatan. Gerakan lompat-lompat tidak saya lakukan karena kakiku masih terasa capek. Gerakan lompat-lompat aku ganti dengan gerakan tinju kiri tinju kanan, tepuk tangan terus aku lekatkan kedua tangan di pipiku, Lumayan hangat. Sering-sering saya ngobrol dengan kawan-kawan timku, ternyata cukup bisa mengurangi dingin. Merasa sudah cukup hangat, kami menyiapkan diri untuk sholat subuh. Ini kedua kalinya saya sholat di puncak, sebelumnya alhmdulillah saya bisa sholat di kawasan puncak gunung Merbabu. Jujur, susah sekali untuk khusuk dalam sholat karena harus melawan dingin, tapi Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kewajibanku.
Suasana puncak gunung masih ditutupi awan, tiba-tiba datang angin kencang, menggeser awan yang menutupi puncak, kami tiba-tiba berdiri menatap ke timur dan…………………………………………… Subhanallah, Allahu Akbar. SUNGGUH INDAH CIPTAANMU YA ALLAH. Pemandangan SUNRISE yang luar biasa, ada tampak beberapa orang melakukan syujud syukur. aku melihat dengan mata dan kepalaku sendiri, bukan dari gambar internet, bukan dari TV aku melihat langsung.
Aku cepat-cepat mengambil kamera, mengeluarkan tripot dan mulai mengambil gambar. Aku tidak bisa mengungkapkan kata-kata, tapi aku bisa mengungkapkan dengan gambar dari kameraku. Inilah Pemandangan puncak gunung Andong. Kemudian ada jalur yang menghubungkan dua puncak gunung andong dikenal dengan jalur setan. Ya, seseram namanya, jalurnya mamang seram. Jalurnya sempit hanya bisa dilalui satu orang yang kiri dan kanan adalah jurang jadi, ada beberapa orang melewati jalur itu dengan ngesot. Setelah melewati jalur setan, aku melihat ada dua pelangi dan ada satu pelangi yang tidak bisa, “Pelangi berbentuk lingkaran” tanpa pikir panjang aku langsung mengabadikannya dengan kameraku.
Melihat pemandangan di puncak ini, rasanya seperti bisa menyelesaikan soal matematika yang super super super susah sekali dengan benar. Ya, saya di sudah puncak. Setalah puas menikmati pemandangan dan mengambil gambar, kami siap-siap untuk turun.
TERIMA KASIH, TERIMA KASIH, TERIMA KASIH.
ALHAMDULILLAH.
NB : Bagi yang telah membaca, saya adalah penulis pemula jadi mohon maaf jika ada tata bahasa yang salah. Terima Kasih Sudah Membaca Tulisan Saya. ^_^
Ini aku ^_^ |
Ini Ujo, kawan aku dari Makassar. |
Jalur Setan |
Pelangi yang nampak dari puncak |
Tim kami lagi menikmati lautan awan |
aku (kiri) dan Ujo (kanan) |
Ujo dan Niar |
No comments:
Post a Comment