Tuesday, February 10, 2015

Sebuah Catatan MMC By Lina Dwi Khusnawati

Tahun berganti ...
Teman datang, lalu pergi ...
Beberapa diantaranya tinggal untuk waktu yang lama,
Segelintir diantaranya datang memberanikan diri,
Mengetuk pintu hati dengan jari-jari bernama peduli,
Kemudian bertanya,
Bisakah orang asing menjadi layaknya saudara??

Perkenalanku dengan mereka dimulai dari sebuah rutinitas padat selama sebulan bernama matrikulasi. Bagaimana tidak padat? Berangkat jam 7, pulang jam 3. Sedikit beruntung jika tak ada menu perpustakaan sepulang dari sana. Kabar baiknya, tak perlu sendiri saat waktu makan malam tiba J
Tak berpindah dari kelas bernama 302 lantai 3 gedung S2/S3 FMIPA UGM, percakapan demi percakapan terjadi. Perkenalan pun tanpa basa-basi.Logat-logat yang berbeda membuat semua terasa nyata. Nusantara bertemu dalam naungan bernama Gadjah Mada.

Saat status mahasiswa pascasarjana resmi disandang, kesibukan semakin menjadi. Jujur, aku takjub dengan semangat belajar yang tak kenal lelah itu. Perpustakaan, belajar kelompok, belajar mandiri. Selalu tampak membaca buku, mendiskusikan bermacam-macam materi. Memang, bagi kami saat itu, mempelajari analisis, statistika dan aljabar lanjut sekaligus memang tak bisa seorang diri.

Mengingat dengan jelas bagaimana Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester pertama yang kita lewati.
Berita drop out menyeruak tak terkendali. Khawatir.. takut..
Bagi kami saat itu, tak ada yang lebih kami butuhkan kecualimata yang membaca lebih sering dari biasanya.Tangan yang menulis lebih sering dari biasanya. Otak yang berpikir lebih sering dari biasanya. Serta mulut yang senantiasa berdoa.
Selalu ada jalan ... Akan selalu ada jalan ...
Ujian tengah semester dan ujian akhir semester lainnya bercerita hal yang sama. Kita, apapun hasilnya, mengupayakan semaksimalnya.

Melewati itu semua dalam setidaknya empat semester, tidak menjadikan kami menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang).
Beban materi yang demikian berat menjadi alasan yang sangat menarik untuk berkumpul melepas penat seharian. Kadangkala terlontar ide untuk berkelana. Mengunjungi beberapa tempat bersama-sama.

Salah satu perjalanan kita adalah piknik dengan membawa masakan sendiri, menggelar koran dan menikmatinya dihadapan hujan. Hanya nasi goreng dan kerupuk, sebenarnya. Tapi dengan bercanda saat memakannya, bersama kalian di tengah alam terbuka, sungguh sekali lagi aku ingin mengulanginya.

Pacitan, kota lahirku akhirnya menjadi salah satu tujuan kita. Hanya direncanakan sehari sebelumnya, akhirnya rencana yang pernah tertunda ini pun terlaksana. Tiga hari dua malam. Aku perkenalkan kota kecil di ujung barat daya jawa timur. Aku yakin kalian tak akan melupakan bagaimana kalian sampai ke kota kecil yang dikelilingi banyak hutan dan pegunungan itu. Tempat itu akan selalu ramah, kapanpun kalian datang. Berharap, setiap tempat dari kalian bisa pula aku kunjungi. Suatu saat nanti.

Di kesempatan lain, kereta api menjadi pilihan alat transportasi backpacker kita. Bandung menjadi tujuan. Kota dingin yang memiliki banyak cerita seru yang kita simpan. Dua hari satu malam. Masihdan masih saja kita tertawa saat menceritakan itu semua.Drama tengah malam di Lembang. Benar, aku ketakutan malam itu. Tapi sekarang, tertawa, lupa betapa aku panik keluar saat angkot kita berhenti di tengah perjalanan. Menghadang beberapa pengendara yang salah satu dari kita mencurigai bahwa mereka adalah komplotannya. Benar-benar ... aku tak akan bilang aku ingin mengulanginya. Tapi, keseruan itu, aku tau aku akan merindukannya.
Di hari terakhir, sebuah tugu di ITB kita abadikan. Sekali teman tetaplah teman. Bahkan tanpa tugu itu ada, kalimat ini tetaplah ada, ada untuk kita.
Perjalanan ini benar-benar membuatku kaya J

Perjalanan di Jogja, Pantai Wedi Ombo menjadi pilihan kita. Perjalanan seharian yang memukau mata. Hanya kita yang ada di sana, bersama ombak dan pasir, menghabiskan sore yang berakhir dengan hadirnya bulan sabit pertama. Berkendara melewati malam yang gelap dan dingin dari ujung tenggara Yogyakarta. Berhenti di kota, mengisi perut, dan saling bercerita. Jika malam itu tak bergegas larut, cerita-cerita itu tak akan ada habisnya.

Dengan kereta api di perjalanan yang selanjutnya, Bandung menjadi persinggahan. Berlanjut dengan bus menuju Cianjur sebagai kota tujuan. Perjalanan panjang dengan membawa doa tulus dari hati yang terdalam.
Rasanya ingin aku mengunjungi setiap kabar gembira dari kalian. Namun, jika nusantara ini begitu luas untuk kusambangi, ingatlah perjalanan ini. Doa ini adalah doa yang sama, doa yang mengharapkan bahwa bahagia akan selalu kalian bawa.  

Perjalanan kecil lain dari perjalanan kita, mengunjungi berbagai sudut dari Jogja. Menapak jejak kita bersama-sama. Entah berapa tempat yang telah kita datangi, merekam banyak hal yang telah terjadi, saksi bisu pertengkaran-pertengkaran kecil yang kita alami. Yaa, kisah ini bukanlah kisah yang hanya kita isi dengan tawa dan canda bahagia. Kisah ini layaknya kisah pada umumnya, marah dan kecewa pernah ada, saling beradu pendapat, mengernyit dahi, dan bahkan  memilih diam tak saling bicara untuk beberapa lama.


Kita pernah dewasa bersama,
Kita tata kebersamaan layaknya keluarga,
Marah dan kecewa seperti halnya saudara,
Namun, kebersamaan selalu bicara ...
Kita baik-baik saja, apapun yang terjadi sebelumnya

Yaa, keluarga ini bernama mahameru. Mahameru Mencari Cinta.
Nusantara itu adalah sepuluh orang yang bertemu karena mimpi. Menjalani 2 tahun lebih di jogja, lagi-lagi karena mimpi. Sepuluh orang yang kemudian masing-masing akan pergi, kembali karena mimpi.

Mereka inilah nusantara itu, Laskar Mahameru.
1.      Kelana
Juanda Kelana Putra. Datang dari ujung barat Indonesia, Aceh. Bersuku aceh dan sangat hobi bernyanyi J
Kalau lagi karaokean, lagu wajibnya adalah lagunya Melly Goeslaw (bimbang), lagunya Peterpan (Bintang di Surga), dan lagu melayu.
Terbiasa memanggilnya dengan “Hemo” karena cara dia tertawa mirip dengan Hemo-hemo di Ninja Boy. Hahaha
Tapi, tak diduga, dia memanggil teman-teman yang lain  dengan sebutan serupa. Jadilah kami para hemo-hemo -.-“
Mudah sekali sakit “asam lambung naik” membuatnya tak bisa telat makan.
Yang paling diingat dari menu yang dipesannya adalah “jus jambu ga pakai es dan ga pakai biji”. Itu nulisnya panjang banget lho kel :p
Selain itu, dia lumayan gampang juga demam dan masuk angin kalo kena hujan. Ditambah telat makan akan membuatnya bersendawa dan mondar-mandir kesana kemari mencari minyak angin (berdasarkan laporan orang-orang terpercaya haha).
Dia tinggal di gunung (dengan kamar yang mirip kamar ninja hatori) tapi lebih sering menghabiskan waktu di pogung. Kost (cowok) siapa yang belum pernah dipake menginap sama kelana? :p
Kelana termasuk orang yang bisa mengiyakan segala permintaan. Terkadang, kami (baca: aku) jadi usil menjahilinya. Hehehe ...
Selain itu, dia punya bakat menjadi pelawak :p Entah, apapun itu, yang sebenarnya biasa aja, bisa aja dia ceritakan sampai membuat orang tertawa terpingkal-pingkal.
Kelana

2.      Radhi
Muhammad Radhi. Datang dari kota besar di Sumatera Utara, Medan. Bersuku melayu, hobi basket, membaca, dan IT.
Komik-komik Conannya banyak, novel-novelnya juga. Aku mau pinjem “Bumi”nya tere liye ga kesampaian Bang -.-“
Kalau lagi karaokean, lagu wajibnya adalah lagunya Sandy Sandoro, lagunya Tulus. Terkadang duet sama Kelana (lagunya Linkin Park)
Terbiasa memanggilnya dengan “Bang Radhi”, perawakan yang besar memang cocok dijadikan abang kita :D hehehe
Yang paling diingat dari menu yang dipesannya adalah “Milkshake strawberry”. Hahaha ... Gugurlah kesan sangar bang Radhi ...
Setelah 2,5 tahun di Jogja, bang Radhi tak segemuk dulu. Wajahnya pun tak sebulat dulu. Bang, diet??
Tim favorit bang Radhi AC Milan, makasih buat pembelian sarung bantalnya ya bang. :D
Bang Radhi termasuk orang yang on-time, terbuka terhadap pendapat, dan seperti orang medan pada umumnya, bang Radhi termasuk orang yang keras.
Bersama laskar mahameru yang lain, bang Radhi bisa juga menjadi pelawak kayak Kelana.
Saat catatan ini ditulis, Bang Radhi udah balik ke Medan. Sedang mempersiapakan pernikahannya dengan Kak Lia. Eaa.. eaa.. eaa...
Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawwadah warrohmah, Bang :D
Radhi

3.      Ulfi
Ulfi Hanum. Datang dari kota besar dan panas di Riau, Pekan Baru. Tapi, Ulfi ini lebih “Padang” menurutku hehehe
Bersuku Minang, hobi nonton dan tidur. Film runningmannya banyak banget dulu. Kalau pas nginap di kostnya yang lama, pasti nonton. Kalo gak, pasti lg ditelpon ...
Dekat sekali dengan adek-adeknya, terutama sama si Faiz dan si Ican :D
Salam yah pii buat Faiz :D
Ulfi termasuk orang yang lama dalam membuat keputusan dalam memesan makanan, apalagi minuman. Hehehe
Dan sering berubah-ubah juga ... Mungkin karena itu, aku ga ingat dengan makanan atau minuman yang paling sering dia pesan.
Ulfi termasuk orang yang jarang makan malam. Bener, pi? :D
Tapi, yang kuingat, Ulfi doyan kopi, gak begitu suka krim dan gula ...
Lagu wajib ulfi saat karaokean adalah lagunya Bruno Mars. Kalau ga, nimbrung ikut-ikut nyanyi lagu yang dibawain temen-temen.
Ulfi orang yang pinter masak, cakap dalam urusan rumah tangga, ramah, tapi kalau lagi badmood, kacaulah semua. Hehehe ...
Aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan “Upi”. Dulu, pas pertama menyebut itu, dia heran. Aku sendiri menyebut “Upi” karena “Upi” lebih enak diucap daripada “Ulfi”. Hahaha ... 
Ulfi

4.      Iim
Iim Abul Karim. Hanya dengan melihat namanya, aku tau bahwa dia orang Sunda. Datang dari kota bernama Sukabumi, Jawa Barat, meskipun Plat  motornya adalah plat Lampung.
Untuk lebih memastikan, bagaimana kalau kita suruh dia tiba-tiba menyebut kata dengan huruf “f” di dalamnya :D Contohnya : Afie, hahahaha ...
Iim jarang nimbrung karaokean sama kita-kita, jadi aku ga tau lagu wajib dia. Kalau lagi makan, iim berubah-ubah juga. Yang aku tau dia doyan semuanya. Hehehe ...
Ohya, hati-hati kalo lagi makan bareng sama iim. Karena kalo iim lagi kepedesan, minuman siapapun di dekatnya bisa dihabiskannya. Hahaha ...
Iim adalah satu-satunya dari laskar mahameru yang sudah menikah.
Dia tipikal orang yang rajin dan alim. Hobi touring dengan motor, mungkin itulah alasan dia berani sukabumi-jogja dengan motor -.-“
Iku adoh banget kan yoo.. (baca : itu jauh banget kan ya)

Iim

5.      Anas
Anas Yoga Nugroho. Datang dari tetangganya Jogja, kota yang bernama Magelang, dan bersuku Jawa. Benar-benar asli Jawa.
Dia punya saudara bernama Yoga dan Nugroho -.-“
(Sepertinya masa-masa itu sudah lama tidak kau ulangi bero hahaha)
Dia hobi bikin kata-kata galau (ampuuunn berooo), futsal sama PS, Psnya PS bola. Tim favoritnya adalah Barcelona.
Terbiasa memanggilnya “Bero”, singkatan dari “Berotot senar, bertulang kayu”. Ini karena ditimpuk sedikit, anas pasti bilang “Aduh, sakit boss” .
(Guyon manehh beroo :p )
Lagu wajib anas saat karokean adalah lagunya Sheila on 7. Kalau ga, dia duet sama ikram.
Menu yang sering dipesan anas adalah Fuyunghai  dan Coffemik. Kalau ga, dia pesan susu. Anas jarang banget makan jenis mie-mie-an ...
Anas tipikal orang jawa banget. Cara bicaranya medok, ngomongnya alus, jawa bangetlah ya. Tapi meski begitu, anas lumayan rame. Ide-idenya bisa kemana-mana. Editan fotonya juga entah apa-apa. Selooo banget bero? :D hahaa
Dia suka ngegalau ga jelas di facebook dulu. Meski begitu, tulisan-tulisan dia lumayan bagus. Ngesastra ... Nulis lagilah Bero ...
Anas

6.      Nana
Nana baik ramah cantik. Eaa eaa eaaa..... hahahaha
Lina Dwi Khusnawati, nama panggilannya ada berbagai macam, tergantung orangnya yang memanggil. Misalnya nih, Ikram memanggilnya dengan Dinda, Kelana Memanggilnya dengan Hemo, Anas memanggilnya dengan Bos, Riyad memanggilnya dengan Lina, Bang Radhi dan Didin memanggilnya Nana.
 
Gadis ini bersuku asli Jawa, tepatnya di Pacitan Jawa Timur. Rajin membaca dan suka menulis. Kalau mau dibilang perhatian, ia yang paling perhatian dengan teman-temannya, terutama si Ikram.. Cie cie cie... jadi wajar saja kalau si Ikram jatuh hati padanya... (Mudah2an Si ikram tidak baca, ia pasti mengamuk kalau disinggung masalah ini, tapi sebenarnya dianya suka juga sih... hehe). Gadis Pacitan ini boleh dibilang sangat kreatif, karya-karyanya seperti mendesain foto di gelas, undangan, dan lain-lain bisa bilang sangat bagus, bisalah bersaing si sama Anas. Bahkan desain undangan nikah Iim, ia yang buat, WAWW. Siap-siap Na... Undangan Nikahku dibuatin juga ya.. hehehe
Jangan tanya apa makanan kesukaanya, karena yang paling sangat tahu apa kesukaan Nana, Ikramlah orangnya. Cie Cie Cie...
Jangan tanya apa lagu favoritnya, Ikram jugalah yang paling tahu. Cie cie cie
(Kaburrr....)

7.      Idris
Mohamad Idris. Datang dari kota cantik, Bali. Bersuku Bali,hobi baca dan nonton TV. Mungkin itulah alasan mas idris disebut wikipedia. Dia dapat info dari mana-mana, hehehe
Lagu wajibnya kalau lagi karokean adalah lagunya Slank dan Ungu. Cinta dalam hati. Uhuk.. uhuk.. mas Idris curhat?? :D
Mas idris orangnya ga lebay, namun herannya kok banyak yang tau tentang seseorang dari sumatra sana yah. :p
Kostum mas Idris kebanyakan kemeja kotak-kotak dengan sepatu olahraga putih. Sepatunya selalu kelihatan baru, diapain e mas? Tipsnya dong :D
Mas Idris satu-satunya yang hapenya bertahan tanpa aplikasi whatsapp. Benar-benar anti mainstream hehehe ...
Tentang menu yang dipesan, aku tak bisa mengingatnya karena seringkali berbeda-beda.
Yang paling khas dari mas idris adalah tertawanya dan gerakan jempol-telunjuknya, hahaha (Aku tau kalian pasti paham apa yang kumaksud) :D

8.      Ikram
Ikramuddin. Datang dari kota Makassar, tapi sebenarnya berasal dari Luwu Utara. Itulah kenapa dia bersuku Bugis.
Hobi Ikram adalah olahraga dan musik.
Gak ada lagu wajibnya saat karokean, dia selalu berganti ganti lagu, tergantung dengan lagu yang lagi hits. Mungkin karena tiap hari udah karokean aja di kost :p
Menu yang paling sering dipesan adalah “copy paste”. Ada yah?? Hahahaa
Iya, dia hobi mengcopy paste menu teman-teman yang lain.
Tapi sebenarnya dia hobi makan ikan. Rasanya menarik kalo mendengar dia bercerita tentang bagaimana keseruan dia dan adiknya di Empang.
Ikram mudah sakit kepala. Biasanya terjadi kalau dia begadang. Selama setidaknya 1 tahun, tekanan darahnya pernah tinggi. Membuatnya tidak bisa benar-benar fokus pada perjuangan studi kita. Masih geli ketika ulfi mengiris-iris bawang putih, sledri, memberi sedikit gula, kemudian memblendernya, dan ikram melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa diterjemahkan. Untunglah sekarang sudah jauh lebih sehat yah :D
Tim favoritnya adalah Manchester United. Terima kasih atas pembelian 1 set sprei-sarung bantal MU-nya :D
Aku terbiasa memanggilnya dengan “kakak”. Karena, meski dia paling muda diantara kami, tapi dia bisa mengayomi. Aseekk ... Mungkin itu karena dia punya 2 adik ...
Ikram tipe pengalah, alim, rame (sangat tidak benar kalau dia pendiam, hahahaa)
Ikram

9.      Didin
Didin Adri. Sebenarnya aku ragu menulis ini, “adri didin” atau “didin adri”??
Datang dari kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Logat timurnya kentara sekali.
Aku terbiasa memanggilnya dengan “Kaka Didin”, ikut-ikut cara Mona dkk memanggilnya saat matrikulasi.
Hobi didin adalah fotografi dan jalan-jalan sendiri. Hehehe ...
Menu wajib dia adalah jus melon. Dimanapun, kapanpun. Katanya sih, karena Rara (Eaaa ... )bilang kalau minum jus melon bakalan kuat begadang.
Berbeda dengan kebanyakan cowok lainnya, Didin anti banget dengan lombok. Sekali aja Didin makan sesuatu yang pedas, bersin-bersinlah dia.
Ohyaa, dia sering sekali kena flu.
Lagu wajib Didin saat karokean adalah lagu India, soundtrack film 3 idiots. Yup, benar. Laki-laki Bau-Bau ini Indiahe banget. Bahkan saat perjalanan di kereta api, musik yang diputernya musik india. Dia bisa tiba-tiba bernyanyi, tak peduli orang-orang di sekitarnya memperhatikannya. Aku ga kenal ... Aku ga kenal ...
Didin tipe orang yang keras. Pendapatnya susah sekali dipatahkan. Tapi sebenarnya dia bisa diajak bernegosiasi.
Didin bukan tipe pendendam, karena itulah dia sering jadi bahan ledekan teman-teman.
Bisa dikatakan, dia pecinta damai. Hehehe ...
Didin

10.  Riyadh
Apriyanto. Datang dari kota besar di sulawesi selatan, Makassar. Bersuku Makassar, dia menyatakan diri kalau nama panggilan dia adalah Riyadh.
Riyadh d’bean Candor. Katanya, d’bean candor berarti kacang kejujuran. Kacang yang kalo dimakan hanya membuat orang-orang berkata yang sebenarnya.
Jadi artinya, Riyadh tak pernah berbohong. Meski itu bukan berarti dia mengatakan yang sesungguhnya. Hahaha ...
Aku terbiasa memanggilnya Apri, hal tersebut karena dia selalu memanggilku Lina. Satu samalah yaa Prii.. :p
Riyadh hobi nonton film korea sama ngepoin artis-artis. Hahaha ... Hobinya ini terdeteksi sejak dia tau jadwal syuting barefoot di Yogyakarta, sebuah reality show dimana kim hyun joon ada.
Tim Favoritnya Riyadh adalah Arsenal.
Menu favorit Riyadh itu Fuyunghai, lebih tepatnya Fuyunghai tugu. Setali tiga uang sama anas dan ulfi.
Ga ada lagu wajib Riyadh saat karokean, dia seringkali menyanyikan lagu-lagu terbaru yang sedang hits saat itu.
Riyadh tipikal pengamat, mengomentari hal-hal kecil yang terkadang kita lewatkan. 
Riyadh
Jadilah, jika sepuluh laskar ini bertemu, ramailah semuanya.

Merekalah sahabat-sahabatku.
Berbeda-beda, benar-benar berbeda satu sama lainnya.

Ada hal-hal sepele yang tanpa sengaja menjadi ciri kita.
Tempat berkumpul paling legendaris kita adalah Burjo Ikram, hehehe ... Dinyatakan demikian karena burjo tersebut berada tepat di depan kost ikram.
Berjam-jam berkumpul disana, kadang hanya membeli gorengan dua. Untung-untung ada yang memesan mie rebus telor.
Karena seringnya kita seperti itu, suatu malam kita terkena batunya. Berkumpul lama disana, kemudian pergi begitu saja untuk makan malam. Kecewa karena pesanan tak diantar-antar sedang malam semakin larut, kembalilah kalian ke sana. Dan sahlah sudah, makan malam yang direncanakan berujung makan malam di burjo ikram. Hahaha ...
Melepas penat, tempat favorit karokean adalah Happy Puppy dengan lagu karokean wajib adalah lagu Cherybelle.
Bayangkanlah bagaimana kesepuluh orang itu menari-nari ala cherrybelle. Hahaha ...
Kita pun memiliki agenda yang selalu bisa menyatukan kita. Rapat darurat. Sebatas modus karena kita rindu makan bersama dan bercanda tawa. Cukuplah dengan ajakan “Rapat darurat yuk” maka entah bagaimana semuanya bisa berkumpul bersama-sama.

Cerita terus saja bergulir...
Seakan tak ingin berhenti.
Lembaran-lembaran masih meminta untuk diisi.
Ribuan tempat meminta untuk kita kunjungi.

Tapi waktu kemudian bicara.
Waktu untuk tak lagi bersama akan segera tiba...

Jogja, 2015.
Dua setengah tahun bukan waktu yang sebentar, bukan.Namun, ternyata ... Bukan pula waktu yang lama.
Layaknya air, kita pernah bertemu dalam telaga. Disana untuk beberapa waktu. Saling berbagi, saling mengisi.
Setiap dari kita paham, saat tentang perpisahan akan datang.
Tak usahlah berpikir tentang bagaimana yang pergi dan bagaimana yang ditinggalkan.
Karena kebersamaan yang pernah terjadi ini sangatlah cukup untuk disyukuri.
Berharap doa akan terus dipanjatkan.
Tentang kabar gembira yang akan terus disampaikan.

Terima kasih untuk kalian.
Terima kasih karena pernah datang dan tinggal untuk sementara waktu.
Terima kasih telah mengajarkanku,
Bahwa sejatinya sahabat adalah mereka yang pernah kita syukuri keberadaannya.
Bahwa sejatinya sahabat adalah mereka yang pernah kita sesali kepergiannya ...
Bahwa sejatinya mereka adalah yang kita rindu kehadirannya, namun tak pernah kita paksakan kedatangannya.

Mereka,
Orang-orang asing yang mengetuk pintu hati dengan jari-jari bernama peduli.
Orang asing itu kusebut sahabatku.
Kusebut saudaraku ...

No comments:

Post a Comment